Jalan Nafas Definitif
Jalan nafas definitif adalah suatu pipa dalam trakea dengan balon yang terkembang dan biasanya memerlukan suatu bentuk ventilasi bantuan dengan memakai oksigen. Ada tiga jenis airway definitive yakni:
- naso-tracheal
- oro-tracheal
- surgical cricothyroidotomy (tracheostomy)
Indikasi untuk pemasangan jalan nafas definitif adalah:
- apnea
- kegagalan menjaga jalan nafas dengan cara lain
- proteksi jalan nafas terhadap aspirasi darah atau muntahan
- kemungkinan terganggunya jalan nafas karena perlukaannya sendiri seperti luka bakar inhalasi, fraktur tulang wajah atau kejang - kejang
- trauma kapitis yang memerlukan hiperventilasi
- kegagalan memberikan cukup oksigen melalui face mask
Urgensi dari keadaan saat itu menentukan pilihan airway. Ventilasi assisted dapat dibantu sedasi, analgesia atau muscle relaxant. Pemakaian pulse oxymeter dapat membantu dalam menentukan indikasi jalan nafas definitif, urgensi pemasangan jalan nafas definitif yang sering dipakai adalah naso-tracheal dan oro-tracheal. Kemungkinan adanya fraktur servikal merupakan perhatian utama.
INTUBASI ORO-TRACHEAL
Pada setiap penderita tidak sadar dengan trauma kapitis tentukanlah perlunya intubasi. Bila penderita dalam keadaan apnea, intubasi dilakukan oleh dua orang, dengan satu petugas melakukan imobilisasi segaris.
Setelah pemasangan oro-tracheal tube, balon dikembangkan dan dimulai ventilasi assisted. Penempatan ETT yang tepat dapat diperiksa dengan auskultasi pada kedua paru. Bila terdengar bunyi pernafasan pada kedua paru tanpa borborigmi, dapat diduga bahwa penempatan ETT sudah benar. Terdengarnya suara pada daerah lambung terutama pada saat inspirasi, memperkuat bahwa ETT tepasang pada esofagus dan harus dilakukan intubasi ulang.
INTUBASI NASO-TRACHEAL
Intubasi naso-tracheal bermanfaat pada fraktur servikal. Apnea adalah kontraindikasi intubasi naso-tracheal. Kontraindikasi yang lain adalah fraktur tulang wajah yang berat atau fraktur basis cranii anterior. Perhatikan akan adanya fraktur servikal adalah sama seperti pada intubasi oro-tracheal. Pemilihan jenis intubasi terutama tergantung pada pengalaman dokter.
Malposisi ETT harus dipertimbangkan pada semua penderita yang sudah terpasang ETT. Malposisi dapat terjadi selama transportasi. Kembungnya daerah epigastrium harus diwaspadai akan kemungkinan malposisi ETT. Foto thorak dapat membantu diagnosis letak ETT yang benar, namun tidak menyingkirkan kemungkinan intubasi esofagus.
Pada penderita dengan fraktur maksilo facial, fraktur servikal dan penderita dengan leher pendek, cara pemasangan ETT dapat dipakai teknik endoskopi fiberoptik. Bila keadaan di atas menghambat intubasi oro dan naso-tracheal dapat langsung ke surgical airway needle atau surgical thiroidotomy.
Referensi:
Google
Buku Pelatihan BTCLS
Tidak ada komentar